Header Ads

Menghafal Mutqien dalam waktu Singkat



Ahad, (6/10), telah diselenggarakan Daurah Menghafal Al-Quran dengan tema “Hafal Al-Quran Mutqin dalam 55 hari dengan Metode NLP (Neuro Linguistic Programming)” berjalan dengan lancar. Acara ini berlangsung di Aula Sakinah Kompleks Muslimat Center, kampus Putri STID Moh. Natsir, Cipayung, Jakarta Timur. Daurah ini wajib diikuti oleh mahasiswi semester I dan III, tetapi juga terbuka untuk semester lain. Acara ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswi STID Moh. Natsir, tetapi juga diikuti oleh santri Ummahatul Mukminin.


Dauroh ini dipandu Oleh Ustaz Musmardi Afit Syah, S.Kom.I. selaku pimpinan KonQur Imam Nafi’ Bekasi, ketua Yayasan Da’wah Al-Quran Indonesia (Yadain), juga trainer dan konsultan insprirasi Al-Quran Indonesia. 


Sudah menjadi cita-cita setiap muslim dapat menghafal Al-Quran dan menjadikannya selalu berada di dalam diri dan hatinya. Untuk menghafal Al-Quran, maka diperlukan beberapa persiapan. Yang pertama kali harus diperhatikan bagi seorang penghafal Al-Quran adalah ikhlas dalam niat serta membersihkan diri dari segala kemaksiatan. Karena petunjuk Allah dengan kemaksiatan sangatlah bertentangan, dan Al-Quran tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat. Dalam diri setiap manusia memiliki dua pikiran yang mengendalikan hidupnya. Yakni 90% alam bawah sadar dan 10%-nya alam sadar. Alam bawah sadar sangat besar pengaruhnya terhadap proses menghafal Al-Quran. Bahkan seringkali ditemukan orang melantunkan ayat Al-Quran padahal ia sedang mengigau.


Persiapan yang kedua ialah menanamkan keinginan, kecintaan, dan kerinduan yang membara untuk menghafal Al-Quran. Jadikan cinta kita kepada Al-Quran melebihi kecintaan kepada diri sendiri. Sebab Al-Quran adalah ibadah yang paling mulia, juga merupakan ranah akidah yaitu rukun iman yang ketiga yang di dalamnya berisi firman-firman Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ”Barangsiapa yang mencintai sesuatu maka dia akan banyak menyebutnya. Maka untuk membuktikan cinta kita pada Al-Quran yaitu dengan terus menyebutnya dengan cara membaca maupun menghafalnya. 


Yang ketiga, memupuk ikhlas, yakin dan doa. Beliau mengatakan, “Metode maupun manajemen bukanlah penentu seseorang akan berhasil dalam menghafal Al-Quran, melainkan psikologis dan mentallah yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam menghafal Al-Quran.” Seorang yang ingin menghafal Al-Quran harus tertanam dalam dirinya keyakinan bahwa Allah telah memudahkan Al-Quran sehingga akan terus memotivasinya untuk menghafal. Doa juga merupakan faktor penting. Ustaz berpesan, “Doalah di waktu mustajab dan mintalah doa kepada orang yang mustajab.” Kemudian yang keempat adalah membiasakan khatam Al-Quran berkali-kali dan yang terakhir menentukan waktu dan tempat menghafal. Beliau menyebutkan diantara waktu yang baik untuk menghafal yaitu satu jam sebelum dan sesudah waktu subuh, dan satu jam setelah asar. Adapun waktu untuk murajaah yaitu setelah maghrib hingga menjelang waktu tidur. Di antara tempat untuk menghafal yaitu tempat yang mencipakan suasana menghafal yang ideal dan menciptakan rasa rileks dan tenang.
(Nurdeliyanti/Marwah)

Tidak ada komentar