S.Sos, Lembaran Baru dari Perjuangan Sesungguhnya
*S.Sos,Lembaran Baru dari Perjuangan Sesungguhnya*
Siang itu, di hadapan seluruh peserta acara wisuda Angkatan VIII STID Mohammad Natsir (06/10/2018), Lalu Hafidzon tampil di depan podium yang dengan suara lantangnya mengungkap, _"kala itu, 28 Agustus 2014 awal pertemuan dan perkumpulan kita dari berbagai pelososok Nusantara, dari Ujung Timur Papua sampai Ujung Barat Sumatera. Kala itu MASTAMA, ajang ta’aruf yang mempertemukan kita dengan pola pokir berbeda, awal merajut indahnya sebuah cerita. 4 tahun lamanya kita diterpa banyak sekali tantangan, namun kini kita telah duduk di bangku wisuda. Tidak menyangka apakah ini mimpi belaka atau sebuah realita, angan itu kini menjadi nyata. Skripsi bagai badai, kini sudah berlalu. Latar belakang belakang berbeda disatukan dengan tujuan dan langkah kaki yang sama, Da’i Ilallah,_” ujar Wakil Ketua BEM periode 2017/2018 itu.
Dalam kesempatan tersebut, ia mewakili seluruh wisudawan wisudawati yang telah berikrar hari itu untuk menyampaikan pesan dan kesan selama menjadi mahasiswa STID Mohammad Natsir. Dalam kesannya ia menyatakan, _“Kami Wisudawan dan Wisudawati, sangat bangga menjadi bagian dari STID Mohammad Natsir dan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia juga mengambil bagian menjadi pengemban amanah pejuang risalah da’wah yang sangat mulia ini_”.
Adapun pesannya lebih tertuju pada aktivis yang telah memperoleh gelar
S.Sos di STID Mohammad Natsir, hal tersebut sebaimana yang diungkap mahasiswa asal Lombok ini,
_“S. Sos. (Sarjana Sosial) adalah bukan akhir dari semuanya, melainkan lembaran baru dari perjuangan sesungguhnya. Karena ini menjadi awal keikutsertaan dalam menegakkan Agama Allah, memulai pertarungan dengan kebatilan. Jika yang haq hanya diam, maka umat akan habis dengan kehancuran. Mari berjuang dengan jiwa dan raga demi ummat_,” ujarnya.
Di penghujung penyampaiannya, tak lupa ungkapan terimakasih yang ditujukan ke berbagai pihak yang terlibat dalam proses perjuangan panjang hingga mencapai puncak bernama Wisuda ini. kemudian ia mengakhiri kesan dan pesan tersebut dengan sebuah ungkapan, _“Teruslah berda’wah, teruslah berda’wah, teruslah berda’wah dimanapun berada, sampai Allah mengatakan ‘saatnya untuk pulang’_”.
[Anis M.s]
Siang itu, di hadapan seluruh peserta acara wisuda Angkatan VIII STID Mohammad Natsir (06/10/2018), Lalu Hafidzon tampil di depan podium yang dengan suara lantangnya mengungkap, _"kala itu, 28 Agustus 2014 awal pertemuan dan perkumpulan kita dari berbagai pelososok Nusantara, dari Ujung Timur Papua sampai Ujung Barat Sumatera. Kala itu MASTAMA, ajang ta’aruf yang mempertemukan kita dengan pola pokir berbeda, awal merajut indahnya sebuah cerita. 4 tahun lamanya kita diterpa banyak sekali tantangan, namun kini kita telah duduk di bangku wisuda. Tidak menyangka apakah ini mimpi belaka atau sebuah realita, angan itu kini menjadi nyata. Skripsi bagai badai, kini sudah berlalu. Latar belakang belakang berbeda disatukan dengan tujuan dan langkah kaki yang sama, Da’i Ilallah,_” ujar Wakil Ketua BEM periode 2017/2018 itu.
Dalam kesempatan tersebut, ia mewakili seluruh wisudawan wisudawati yang telah berikrar hari itu untuk menyampaikan pesan dan kesan selama menjadi mahasiswa STID Mohammad Natsir. Dalam kesannya ia menyatakan, _“Kami Wisudawan dan Wisudawati, sangat bangga menjadi bagian dari STID Mohammad Natsir dan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia juga mengambil bagian menjadi pengemban amanah pejuang risalah da’wah yang sangat mulia ini_”.
Adapun pesannya lebih tertuju pada aktivis yang telah memperoleh gelar
S.Sos di STID Mohammad Natsir, hal tersebut sebaimana yang diungkap mahasiswa asal Lombok ini,
_“S. Sos. (Sarjana Sosial) adalah bukan akhir dari semuanya, melainkan lembaran baru dari perjuangan sesungguhnya. Karena ini menjadi awal keikutsertaan dalam menegakkan Agama Allah, memulai pertarungan dengan kebatilan. Jika yang haq hanya diam, maka umat akan habis dengan kehancuran. Mari berjuang dengan jiwa dan raga demi ummat_,” ujarnya.
Di penghujung penyampaiannya, tak lupa ungkapan terimakasih yang ditujukan ke berbagai pihak yang terlibat dalam proses perjuangan panjang hingga mencapai puncak bernama Wisuda ini. kemudian ia mengakhiri kesan dan pesan tersebut dengan sebuah ungkapan, _“Teruslah berda’wah, teruslah berda’wah, teruslah berda’wah dimanapun berada, sampai Allah mengatakan ‘saatnya untuk pulang’_”.
[Anis M.s]
Tidak ada komentar