Header Ads

Lima Ulama Inspirator Belajar Dan Menulis



Aktivitas menulis dimulai sebelum penciptaan alam semesta. Allah SWT telah mencatat takdir yang terjadi di dunia ini di Lauhul Mahfudz. Begitu pun pada masa Rasulullah dan para sahabat, mereka berusaha menjaga ayat-ayat Al-Qur’an tidak hanya dengan hafalan tapi juga tulisan yang hingga saat ini mampu kit abaca dan jadika pedoman dalam kehidupan.
Perkembangan menulis terus berkembang pada zaman para ulama. Mereka mengkaji ilmu dan menuangkannya dalam tulisan. Meskipun pada saat itu belum ditemukan alat menulis secanggih saat ini seperti pulpen, kertas, handpone,dan komputer, mereka tetap bersemangat untuk menulis hasil pikirannya.
Selasa (15/11/16) Anggota Media Jurnalis Dakwah Muslimah (MARWAH) kampus C Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir mengawali program pelatihan menulis dengan pemateri Ustad Saeful Rokhman S.Kom.I, Pembina Marwah. Ketua Marwah Mila Muflihat menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya pengasahan dan peningkatkan kualitas menulis anggota Marwah.
Dalam pertemuan pertama ini, pemateri menyampaikan pengantar berupa motivasi belajar dan menulis dari para Ulama terdahulu, Lima ulama yang dapat dijadikan inspirator tersebut diantaranya;
Pertama yaitu Imam Syafi’i, beliau ulama yang menulis di atas tulang belulang untuk menuangkan hasil pemikirannya mengkaji ilmu-ilmu agama.
Kedua yaitu Imam An-Nawawi, penulis kitab terkenal Hadits Arbain, Riyadush Sholihin, Syarah Hadits Shohih Muslim, dan ratusan kitab lainnya ini tidak tidur dalam keadaan berbaring selama dua tahun. Beliau memiliki semangat yang tinggi dalam belajar dan menulis hingga tertidur dalam keadaan duduk.
Ketiga yaitu Fakhruddin Ar-Raazi, beliau menulis ratusan judul buku berjilid.  Beliau berkata “sungguh aku menyesal waktu belajar itu telah berlalu karena waktu makan,”. Hal ini menunjukkan bahwa semangat belajar beliau yang tinggi hingga saat makan pun beliau masih ingat belajar.
Keempat yaitu Ibnu Rusy , beliau ulama yang berasal dari Andalusia. Beliau terkenal dengan pengetahuan kesehatannya. Beliau menghabiskan malamnya untuk mengkaji ilmu dan menulis. Sepanjang hidupnya hanya dua malam saja beliau tidak belajar dan menulis, yaitu ketika ayahnya meninggal, dan ketika malam pengantinnya. Jadi bisa dikatakan seluruh hidupnya  dihabiskan untuk mengakaji ilmu dan menulis.
Kelima yaitu Ibnu Siena, beliau menulis 450 buku , “sekalipun aku tidur, aku mampu melihat titik-titik persoalan dalam tidurku,” Ungkapnya. Jadi dalam tidurnya beliau berpikir memecahkan solusi dari permasalahan yang ada.
“Dari beberapa ulama ini, banyak pelajaran yang bisa kita petik dan ambil. Semakin banyak kita membaca bagaimana perjuangan para ulama dalam mengkaji ilmu dan menulis, hal ini akan mampu  membakar semangat kita untuk mengikutinya,” Ujar Pembina Marwah.

(Mila Muflihat)

Tidak ada komentar