Header Ads

Prakata Para Tokoh Pada Sidang Senat Akademik STID Mohammad Natsir dalam Rangka Wisuda S1 ke XIII

 


MARWAH.ID - Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir selenggarakan wisuda sarjana strata satu (S1) ke–XIII yang terdiri dari 131 wisudawan/i pada sabtu, 03 Muharram 1445 H atau 22 Juli 2023 M. Acara dilaksanakan di Gedung Aula Pusdiklat Dewan Da’wah Jl. Kp. Bulu Satimekar, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Melalui sidang senat terbuka yang diketuai oleh Al-Ustadz Dr. Imam Zamroji, MA, mengukuhkan secara resmi para wisudawan/i menjadi sarjana S1.

Dr. Dwi Budiman Assiroji selaku rektor STID Mohammad Natsir mengungkapkan kesan pada wisuda kali ini, ia merasa sangat bahagia karena kader da'i kali ini mencapai 131 Da'i/Da'iyyah. Ia mengatakan selama menjadi rektor ia telah membersamai wisuda sebanyak 7 kali. Dan ini merupakan wisuda ter akhir yang ia hadiri selama menjadi rektor pada periode ini. Harapannya wisudawan/i dapat menjalani tugas dengan baik menjadi duta bagi umat sebagai alumni yang mempunyai kontribusi nyata kepada STID Muhammad Natsir dan mencari bibit unggul untuk kader Da'i selanjutnya. Dapat memberi perubahan kedepannya untuk STID Muhammad Natsir dari segi kualitas, pembinaan karakter, kedisiplinan, managemen kampus (pengelolaan pengajaran) dan SDM dosen yaitu dengan menyekolahkan dosen ke jenjang yang lebih tinggi.


Tamu hari itu yang diundang ialah Wakil Ketua Umum MUI tahun 2020-2025 sekaligus ketua pengurus PP Muhammadiyah, Dr. Anwar Abbas M. M.Ag. Ia mengungkapkan bahwa dirinya sangat gembira telah diundang pada acara wisuda kali ini. Ia juga paham bahwa sebagai wisudawan/i pasti tidak mudah ketika pengabdian di pelosok. Untuk itu harus ada evaluasi agar skill yang dimiliki terus bertambah. Karena dakwah kita bukan hanya dengan lisan tapi juga dengan hal, maka harus ada pembelajaran lebih lanjut mengenai ekonomi dan bisnis. Seperti yang telah dipaparkan dalam orasi pagi itu, bahwa orang-orang yang berkuasa dalam bisnis akan menguasai dunia dan jangan sampai yang mengusai bukan Islam. Ia juga memaparkan bahwa “Dengan seni hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah, dan dengan agama hidup menjadi terarah."

Dr. Imam Taufik Al-Khotob selaku salah satu Dewan Senat hari itu berpendapat bahwa sebagai mahasiswa/i yang berstatus pelajar tidaklah jauh dari yang namanya tugas. Maka setelah tugas diselesaikan dan mendapat hasil yang bagus sudah sepatutnya pihak kampus memberikan apresiasi sebagai bukti atau stempel atas keikutsertaan mahasiswa/i pada kampus yang diikuti. Wisuda bukan hanya kebutuhan bagi para mahasiswa/i saja melainkan untuk kampus itu sendiri, karena kampus juga memiliki tanggungjawab yang harus dipenuhi ketika adanya mentoring dari negara berupa pertanyaan-pertanyan seputar kampus tersebut.

Pada tahun sebelumnya ia menjadi Dewan Senat juga dan ia mengatakan bahwa wisudawan/i kali ini adalah peserta yang paling banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya dikarenakan kuantitas peneriman mahasiswa yang dulu masih terhitung sedikit. ada sesuatu baru yang mengesakankan pada tahun ini karena adanya persaksian mualaf dari salah seorang Wisudawan yang membuat para pendengar terharu. Dalam akhir pembicaraan Dr. Imam Taufik memberi pesan kepada wisudawan/i untuk dapat menjadikan ilmu yang telah dipelajarinya menjadi ilmu yang bermanfaat dan amal jariyyah demi memperpanjang nasab perjuangan Rasulullah ﷺ. Tetaplah istiqomah dan semangat dalam medan da'wah sehingga menjadi kemanfaatan yang luas bagi umat serta sukses dunia dan akhiratnya.

Setiap tahunnya, STID Mohammad Natsir mengeluarkan satu Wisudawan/i terbaik dan tercepat dalam penyelesaian progam studinya. Wisudawan/i terbaik pada wisuda ke-13 ini diraih oleh Hielwa Hidayatul Fadhila dengan IPK 3,85 asal Serang, Banten. Ia juga meraih lulusan tercepat penyelesaian studi prodi Komunikasi Penyiaran Islam dengan waktu studi 3 tahun 7 bulan 4 hari.


Ia membagikan kiat-kiat kesuksesannya, yaitu sesuatu yang dilakukan harus dibarengi dengan kekonsisten-an dalam melakukannya, sehingga tidak putus di pertengahan jalan. Maksudnya istiqomah dalam melakukan sesuatu urusan. Kemudian ia juga tegaskan bahwasannya yang paling penting adalah bagaimana kedekatan kita dengan Sang Pencipta, dengan selalu menghadirkan Allah dalam setiap urusannya. Berdo’a kepada-Nya setiap saat, bukan saat kita

butuh saja, tetapi setiap saat kita selalu mengingat Allah dan banyak-banyak berdo’a meminta kemudahan untuk segala urusan-urusan kita.

Tidak ada komentar