Header Ads

"Hidup di Tanah Rantau, Perbanyak Bekal untuk Pulang"


Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan pulau, kaya akan suku, kaya akan budaya dan kaya akan bahasa. Luasnya Indonesia, menjadikan para rakyatnya tidak hanya menetap di tanah kelahirannya saja. Tidak sedikit dari mereka pergi melancong dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
 
Tentu tujuan berkenala tersebut bervariasi. Sebagian orang pergi untuk bekerja, sebagian lagi ada yang bersekolah, bahkan ada juga sebagian orang yang pergi hanya sebatas ingin menelusuri dan menambah pengalaman di bumi Indonesia yang amat luas ini. Dan mungkin saja, sebagian orang tersebut ada di antara teman kita, tetangga kita, saudara kita, orang tua kita, atau mungkin diri kita sendiri.

Hidup di perantauan memang tidak selamanya menyenangkan. Ada beberapa momen yang mengharuskan seseorang untuk mandiri, menahan rindu pada orang tua, belum lagi proses beradaptasi dengan lingkungan baru. 

Ya. Merantau agaknya menjadi momok bagi sebagian orang. Di mana ia dituntut melakukan dan memutuskan segala sesuatu seorang diri, dianggap asing, dan dituntut untuk berhati-hati, karena jauh dari orang tua dan sanak saudara. Jika kita tidak berhati-hati, maka kita yang akan menanggung akibatnya sendiri. Contoh kecilnya makanan. Ketika kita hidup di perantauan, sementara makanan yang kita konsumsi 'sembarangan' dan tidak sehat, maka kita akan menanggung resiko akan sakit. Bagaimana rasanya sakit di tanah rantau ? Silahkan bayangkan sendiri.

Namun sadarkah kita, bahwa pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini diibaratkan seperti pelancong. Rosululllah bersabda :
"Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir". (HR. Bukhori)

Dunia bukanlah tempat abadi bagi manusia. Dunia hanya sebagai tempat persinggahan saja. Kita dituntut hidup di dunia ini sebagai orang asing yang nantinya akan pulang ke rumah kita yang sesungguhnya, yaitu surga. Dan kita dituntut hidup di dunia ini seperti penyebrang jalan, yang harus berhati-hati.

Bukankah ketika kita berada dalam perantauan, selalu mempersiapkan bekal untuk perjalanan pulang ?
Maka seperti itu pula kita hidup di dunia ini. Memperbanyak sikap berhati-hati, dan memperkaya amal solih sebagai bekal agar kita dapat pulang dengan selamat.

Jika kita tidak memperbanyak bekal dan memperbanyak sikap hati-hati di tanah rantau, maka kita akan menanggung akibatnya nanti.

Mari kita bersiap, karena kita tidak pernah tahu kapan harus pulang.

Hielwa/MARWAH

Tidak ada komentar