Header Ads

Wahai Makhluk Yang Suka Mengeluh



Wahai Makhluk yang Suka Mengeluh


  1.  

Kadang kala, kita merasa bosan terhadap rutinitas yang kita jalani sehari-sehari-hari. Dari mulai bangun tidur, mandi, kemudian makan, hafalan, kuliah atau kerja, lalu kita kembali tidur menutup catatan pada hari itu. Semuanya berjalan hampir sama dalam setiap harinya, membuat kita bosan akan kehidupan yang dijalani, hatipun meronta ingin menikmati suasana yang baru, setelah kita dapatkan sesuatu yang baru itu, kita akan merasa puas ‘sebentar’, kemudian kehidupan kita kembali sebagaimana biasanya. Ketika kesusahan menghampiri, kita sibuk berkeluh kesah, ketika kenikmatan datang kita lupa untuk mensyukuri-Nya.
Bahkan sering kali kita temukan, seorang yang hartanya sudah melimpah ruah dengan segala fasilitas yang serba mudah, namun ia masih saja tak merasa puas terhadap apa yang ia miliki.
Maka benarlah apa yang telah Allah kabarkan dalam Al-Qur’an tentang kita, manusia, “Innal Insaana Khuliqo Halu’a” Bahwasannya manusia diciptkan bersifat keluh kesah lagi kikir, “Idza Massahusy Syaru Jazuu’a” Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.
Itulah sifat manusia, Allah tahu betul karakter dan tabi’at kita. Allah tahu betul apa yang kita inginkan dan yang kita butuhkan di dunia ini, Allah tahu betul kesulitan apa yang kita hadapi dan Allah tahu betul jalan keluar untuk segala kesulitan itu. Dan Dia pasti akan menunjukannya. Benar, Dia-lah yang akan menunjukan jalan keluar dari segala ujian yang menimpa walaupun Dia tahu betul sebesar dan sebanyak apa dosa yang kita miliki. Lalu, kemana lagi kita akan mengadu bila Dia-lah satu-satunya yang tahu segala hal tentang kita?
Seseorang berkata, ”Aku benci kehidupan ini!” orang ‘alim berkata “siapa yang menyuruhmu untuk mencintai kehidupan dunia? Allah hanya memintamu untuk mencintai-Nya, maka hidupmu akan senantiasa indah”.
Sekarang, mari kita larutkan keluh kesah yang bersarang dalam diri, dengan seteguk muhasabah, dan lekas kita siapkan bekal untuk perjalanan pulang nanti, berupa kendaraan bernama iman, dan petunjuk arah bernama Qur’an dan Sunnah, agar akhirnya kelak kita sampai di sebuah negeri bernama ‘Jannah, tempat terindah yang selama ini telah lama kita rindukan.
                                                                                               
 (Yusi Surya Rahayu)

Tidak ada komentar