Karena Iman Akan Bicara
karena Iman Akan Bicara
By: Miftahul Jannah
Indonesia adalah negara Agraris dengan sumber daya alam melimpah dan sangat menggoda banyak investor seluruh dunia untuk berinvestasi di negara khatulistiwa ini, baik secara halus maupun dengan sedikit memaksa. Secara tidak langsung, Indonesia adalah ladang berlian yang sangat mengenyangkan bagi para investor tersebut. Di negara ini pula agama apapun dapat berkembang sesukanya dan sangat terjaga hak-haknya. Tidak boleh ada penganut agama apapun yang terdzalimi dinegara mayoritas Muslim ini. Termasuk sistem pemerintahan Indonesia yang sangat mudah diotak-atik semaunya, termasuk demokrasi yang telah menjadi konsumsi segar bagi pemerintahan negara ini.
Bukankah Indonesia bagaikan syurga bagi siapapun yang ingin bersenang-senang didalamnya? Tak pandang begal, koruptor, dan gigolo dari negara lain pun dapat hidup damai disini. Tak usah risau perkara hukum, selagi dapat mengambil hati penguasa, maka every thing it’s gonna be okay.
Namun sangat mengganjal dan menjadi tanda tanya besar bagi sebagian pribumi Indonesia, mengapa kala anak bangsa meminta sesuatu yang tidak begitu besar (baca;penegakkan hukum) dari penguasanya sebagian koloni spontan mengecam bahkam menyematkan label teroris, penghancur kesatuan NKRI, anjing-anjing neraka, demonstran bayaran, dan seluruh label yang menampakkan kebencian?
Hukum apakah yang telah dilanggar oleh orang-orang yang ghirahnya terbakar melihat kitab sucinya dihina ini? Bukankah petinggi Indonesia mesti bangga dengan anak bangsa yang telah menggunakan aksi sebagai bagian dari demokrasi untuk menyampaikkan pendapat pada pemerintah? Apakah setelah aksi damai itu terjadi hal-hal yang menakutkan, seperti pemisahan daerah dari NKRI, munculnya segolongan manusia yang tidak ingin berhukum dengan UUD 45, perobekan bendera merah putih, atau penistaan pancasila? Maka lihatlah dengan mata hati, dan sikapilah dengan bijaksana;siapakah yang telah menistakan persatuan di Indonesia? Siapakah yang telah meronek-robek persatuan NKRI?
Setelah aksi super damai itupun tuduhan dan stigma negatif tidak pernah surut dan nampaknya makin deras tercurah bagai air bah. Segala macam bentuk manusia berlomba-lomba menyampaikan pendapatnya tentang reuni para Mujahid 212. Para Mujahid yang ingin menegakkan keadilan, menjaga persatuan dan ukhuwah Islamiyah ini menjadi bulan-bulanan mulut dunia maya dan dunia nyata, mulut-mulut itu mempertanyakan dan menyebarkan syubhat dihati-hati masyarakat Indonesia, terutama kaum Muslimin. Ditunggangi politik lah, berkumpul untuk ikhtilat lah, dibayarlah, dan apapun hingga hal yang tidak masuk akal ikut dituduhkan. Seakan-akan para peserta aksi membuang-buang waktu dan tidak ada kebaikan didalamnya. Wal’iyadzu billahi.
Peristiwa ini pun menjadi seleksi keimanan bagi para hamba Allah yang beriman, sebagaimana ketika Rasulullah diperjalankan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dan dinaikkan ke Sidratul Muntaha, maka Abu Bakar menjadi sang pembenar pertama (As-Siddiq) peristiwa mulia itu. Sedangkan Para kafir Quraisy mentertawakkan dan mengolok-olok peristiwa Isra’ Mi’raj ini, mana mungkin dalam separuh malam seorang manusia dapat berpindah dari satu negara ke negara lainnya dengan jarak yang sangat jauh itu. Mengapa? karena mereka mengukurnya dengan logika, bukan dengan keimanan didada. Mereka mengukur kemampuan manusia, menganggap kabar ini bualan manusia belaka, mereka tidak meyakini adanya kuasa Illahi dibalik peristiwa maha dahsyat ini, Allah lah yang memperjalankan hamba-Nya yang mulia dengan kuasa-Nya yang meliputi langit dan bumi. Maka dimanakah kita? Barisan Abu Bakar atau Kafir Qurays?
Apakah anda telah memutuskan siapa aktor dibalik aksi damai ini? Siapakah yang menggerakkan hati jutaan manusia dengan seluruh harta yang mereka miliki untuk berkumpul membela kalamullah? Jawabannya ada pada keimanan anda. Pada akhirnya, biarlah anjing semakin keras menggonggong, selagi dalam kebenaran maka kafilah akan terus berlalu. Biarlah dicela penduduk bumi, namun dipuji dan dicatat sebagai buah dari iman oleh para penduduk langit disisi Rabb yang Maha Kuasa. Maka, berfikir dan berbicaralah dengan ilmu, karena komentarmu adalah cermin dari keimananmu.
By: Miftahul Jannah
Tidak ada komentar