Kisah Penyelamatan Si Bayi Kucing
oleh : Mahrun Nisak
Sekitar satu bulan yang lalu, di Asrama 12, begitu mahasiswi Sekolah Tinggi ilmu Dakwah Mohamad Natsir sering menyebut asrama mereka, telah lahir tiga ekor anak kucing. Setiap ekornya mempunyai corak warna yang berbeda. Ada yang bulunya di dominasi warna putih dengan sedikit warna hitam, dan ada pula yang berwarna lebih variatif, campuran warna hitam, putih, dan orange.
Dua pekan berikutnya, sang induk mulai mengajak anak-anaknya bermain di halaman asrama. Namun mereka lebih sering terlihat bermain di dekat sumur.
Suatu hari, anak kucing yang terlihat oleh mahasiswi hanya dua ekor. Satu ekor lagi menghilang entah kemana. Awalnya para mahasiswi beranggapan bahwa yang seekor ini hanya sedang bermain sendiri. Namun selang waktu yang lama, anak kucing ini tak juga menampakkan diri.
Wardah, seorang mahasiswi asal Lombok memberikan kesaksian, bahwa saat pagi ia melihat anak kucing yang hilang itu bermain di dekat lubang yang berada di sumur. Dan benar, di dalam lubang yang Wardah ceritakan, terdengar suara anak kucing. Pintu lubang sangatlah kecil, hanya muat untuk badan kecil, membuat para mahasiswi kesulitan menjangkau kucing tersebut untuk menariknya keluar.
Jika dipanggil, kucing itu akan menyahut. Upaya penyelamatan pun dimulai dengan berbekal sebuah linggis. Pertama, dengan melubangi punutup sumur. Setelah dirasa cukup lebar lubang yang dibuat, maka diambillah senter untuk menerangi. Namun ternyata anak kucing tetap tidak terlihat. Hanya ada suaranya yang terus mengeong.
Upaya penyelamatan dihentikan sejenak. Dikarenakan hari sudah gelap, turun hujan, dan tenaga untuk melubangi kembali sumur sudah terkuras. Karena tenaga wanita tidak sebanding dengan tenaga pria.
Satu demi satu dari mahasiswi mulai tidak tega dengan keadaan anak kucing tersebut. Ada yang kasihan kalau dia kelaparan. Ada yang kasihan dia kedinginan. “Coba letakkan makanan ke dalam lubangnya, semoga Allah memberikan petunjuk untuknya memakan makanan tersebut.” Begitu kata Ummu Ukasyah menenangkan kekhawatiran mahasiwi.
Esoknya, upaya penyelamatan dilanjutkan. Kali ini para mahasiswi melubangi bagian samping sumur. Karena menurut para mahasiswi, ternyata didekat sumur banyak sekali lorong-lorong kecil. Mungkin saja anak kucing tersebut berda di salah satu tersebut. Namun hasilnya tetap nihil.
Malamnya Abu Ukasya turut meninjau lokasi penggalian lubang yang dimungkinkan ada anak kucing terjebak di dalamnya. Namun ternyata suara anak kucing sudah tidak terdengar lagi. Maka diputuskan anak kucing itu sudah mati. Lubang-lubang yang telah digali kembali ditutup. Dan sekaligus menjadi kuburan untuk anak kucing yang terjebak.
Tidak ada komentar