Hari Ketiga Kafda Putri
38 mahasiswi peserta kafilah da’wah 1437 H telah menginjak hari ketiga berada di tengah-tengah masyarakat desa Tanjungkarang. Hari ini para peserta semakin memperluas jaringan silaturrahim di desa tersebut. Para anggota yang berada di kamp 2, masih melanjutkan kegiatan yang belum terselesaikan kemarin hari, yaitu berkunjung ke rumah-rumah kepala RT, karena di sekitar sanalah terdapat banyak pemukiman warga. Sedangkan para anggota kamp 3 dibagi menjadi dua kelompok untuk berkunjung ke puskesmas desa dan SMK pertanian Tanjungkarang.
Tujuan utama mahasiswi ke puskesmas selain bersilaturrahim adalah meminta izin dan permohonan kerjasama akan diadakannya pengobatan gratis di desa tersebut. Namun, satu-satunya perawat atau mantri yang bertugas di puskesmas pembantu tersebut tidak berani memberikan keputusan, dan menyarankan mahasiswi agar mendatangi puskesmas pusat yang berada di pusat kecamatan Cigalontang untuk memberikan keputusan terhadap kegiatan yang dimaksudkan mahasiswi.
Sedangkan tim yang bertugas mengunjungi SMK pertanian memperoleh sambutan yang baik dari pihak sekolah, mereka bersedia untuk memberikan bantuan dan kerjasama dalam kegiatan kafilah da’wah. Satu-satunya sekolah tingkat menengah keatas yang berada di desa Tanjungkarang itu, bisa dikatakan berlokasi di tengah-tengah hutan, dengan kepala sekolah yang bernama Asep Arif. Asep memaparkan bahwa lokasi berdirinya bangunan sekolah, pada awalnya merupakan sebuah perbukitanm yang kemudian diratakan, dan akhirnya didirikan bangunan di atas tanah tersebut.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 2011 itu berdiri atas prakarsa dan swadaya masyarakat Tanjungkarang, yang dipelopori oleh “Serikat Pertanian Pasundan”, salah satu organisasi pertanian yang berada di desa Tanjungkarang. Dengan kata lain, sekolah tersebut berdiri bukan dari bantuan pemerintah. Secara fisik sekolah itu juga dibangun atas kerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, yang juga memberikan bantuan berupa komputer, bangku sekolah, buku-buku, dan lain sebagainya. Sekolah tersebut memang didirikan untuk masyarakat yang kurang mampu. Oleh karenanya, murid-murid tidak dipungut biaya apapun, begitu juga dengan gurunya, yang mengajar secara sukarela tanpa ada jaminan gaji.
Dengan medan jalanan yang naik turun, jalan tidak rata, terpencil di tengah-tengah pepohonan hijau, para murid SMK tersebut menempuh perjalanan ke sekolah rata-rata adalah dengan berjalan kaki. Sungguh keadaan yang membuat para mahasisiwi berdecak kagum, merasa haru, dan takjub. Seusai berbincang-bincang dengan pengelola sekolah, ngobrol ringan dengan siswa siswi SMK, dan sosialisasi akan diadakannya bimbingan remaja, kunjungan pada hari itu diakhiri dengan pertanyaan dari para siswa siswi dan jawaban dari kakak-kakak mahasiswi.
Waktu dhuhur telah tiba. Setelah shalat berjama’ah ditunaikan, diadakanlah rapat gabungan dari anggota kamp II maupun Kmp III yang bertempat di masjid yang terletak di depan kamp III, tepatnya di masjid Riyadhus Shalihin yang dibangun oleh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Rapat berlangsung kurang lebih selama satu setengah jam lamanya. Dan ketika waktu sore telah menyapa, sebagian mahasiswi melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga untuk bersilaturahim kembali, saling tegur sapa, dan menggali informasi dari masyarakat mengenai desa Tanjungkarang.
Selepas ditunaikannya sholat magrib, imam masjid menghimbau anak-anak untuk mengaji di masjid melalui speaker. Datanglah sekitar 15 anak yang berusia antar 7 tahun hingga 15 tahun yang mengaji kepada para mahasiswi di kamp III. Setelah seluruh anak-anak selesai menyimakkan bacaannya, terjadilah ta’aruf yang penuh suka cita dan canda tawa antara mahasiswi dan anak-anak, perkenalan tersebut juga sebagai ajang untuk memperkenalkan metode tamyiz yang akan diajarkan kepada anak-anak pada esok hari. Dan lagi-lagi kegiatan kafilah da’wah kali ini ditutup dengan evaluasi pada malam hari di setiap kamp masing-masing.
“Kafilah Da’wah 1437 H”
Tasikmalaya, Rabu, 01 Juni 2016
Tujuan utama mahasiswi ke puskesmas selain bersilaturrahim adalah meminta izin dan permohonan kerjasama akan diadakannya pengobatan gratis di desa tersebut. Namun, satu-satunya perawat atau mantri yang bertugas di puskesmas pembantu tersebut tidak berani memberikan keputusan, dan menyarankan mahasiswi agar mendatangi puskesmas pusat yang berada di pusat kecamatan Cigalontang untuk memberikan keputusan terhadap kegiatan yang dimaksudkan mahasiswi.
Sedangkan tim yang bertugas mengunjungi SMK pertanian memperoleh sambutan yang baik dari pihak sekolah, mereka bersedia untuk memberikan bantuan dan kerjasama dalam kegiatan kafilah da’wah. Satu-satunya sekolah tingkat menengah keatas yang berada di desa Tanjungkarang itu, bisa dikatakan berlokasi di tengah-tengah hutan, dengan kepala sekolah yang bernama Asep Arif. Asep memaparkan bahwa lokasi berdirinya bangunan sekolah, pada awalnya merupakan sebuah perbukitanm yang kemudian diratakan, dan akhirnya didirikan bangunan di atas tanah tersebut.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 2011 itu berdiri atas prakarsa dan swadaya masyarakat Tanjungkarang, yang dipelopori oleh “Serikat Pertanian Pasundan”, salah satu organisasi pertanian yang berada di desa Tanjungkarang. Dengan kata lain, sekolah tersebut berdiri bukan dari bantuan pemerintah. Secara fisik sekolah itu juga dibangun atas kerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, yang juga memberikan bantuan berupa komputer, bangku sekolah, buku-buku, dan lain sebagainya. Sekolah tersebut memang didirikan untuk masyarakat yang kurang mampu. Oleh karenanya, murid-murid tidak dipungut biaya apapun, begitu juga dengan gurunya, yang mengajar secara sukarela tanpa ada jaminan gaji.
Dengan medan jalanan yang naik turun, jalan tidak rata, terpencil di tengah-tengah pepohonan hijau, para murid SMK tersebut menempuh perjalanan ke sekolah rata-rata adalah dengan berjalan kaki. Sungguh keadaan yang membuat para mahasisiwi berdecak kagum, merasa haru, dan takjub. Seusai berbincang-bincang dengan pengelola sekolah, ngobrol ringan dengan siswa siswi SMK, dan sosialisasi akan diadakannya bimbingan remaja, kunjungan pada hari itu diakhiri dengan pertanyaan dari para siswa siswi dan jawaban dari kakak-kakak mahasiswi.
Waktu dhuhur telah tiba. Setelah shalat berjama’ah ditunaikan, diadakanlah rapat gabungan dari anggota kamp II maupun Kmp III yang bertempat di masjid yang terletak di depan kamp III, tepatnya di masjid Riyadhus Shalihin yang dibangun oleh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Rapat berlangsung kurang lebih selama satu setengah jam lamanya. Dan ketika waktu sore telah menyapa, sebagian mahasiswi melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga untuk bersilaturahim kembali, saling tegur sapa, dan menggali informasi dari masyarakat mengenai desa Tanjungkarang.
Selepas ditunaikannya sholat magrib, imam masjid menghimbau anak-anak untuk mengaji di masjid melalui speaker. Datanglah sekitar 15 anak yang berusia antar 7 tahun hingga 15 tahun yang mengaji kepada para mahasiswi di kamp III. Setelah seluruh anak-anak selesai menyimakkan bacaannya, terjadilah ta’aruf yang penuh suka cita dan canda tawa antara mahasiswi dan anak-anak, perkenalan tersebut juga sebagai ajang untuk memperkenalkan metode tamyiz yang akan diajarkan kepada anak-anak pada esok hari. Dan lagi-lagi kegiatan kafilah da’wah kali ini ditutup dengan evaluasi pada malam hari di setiap kamp masing-masing.
“Kafilah Da’wah 1437 H”
Tasikmalaya, Rabu, 01 Juni 2016
Tidak ada komentar