Pahlawan terbaik Daffa
created by : Mila Muflihat
Muhammad Yusuf Daffa. Terkenal dengan panggilan akrab Daffa. Ia
adalah seorang laki-laki yang terkenal dengan
kecerdasannya, rajin dan cukup cool.
Meskipun demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin
layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur,
cuci-mencuci dan lain-lain. Dan tentunya ia selalu memberikan perhatian yang
besar kepada anak satu-satunya yang amat ia sayangi yaitu Daffa. Namun Daffa
adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat
menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.
Setiap kali ada teman yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya,
Daffa selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum
meninggal.
"Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan."
jawab Daffa. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja
Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam
hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk
menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu
kian parah.
Suatu hari sang ibu jatuh sakit yang cukup parah. Bahkan sang ibu
tidak kuat untuk sekedar bangun dari ranjang. Apalagi untuk mengurus keperluan
rumahnya seperti yang biasa ia lakukan setiap hari. Hal ini membuat Daffa mulai
kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala
keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Semua seakan
menjadi beban yang lebih berat dari tugas kantor yang ia dapatkan. Ditambah
harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja.
Hal ini membuat Daffa jadi sering
marah-marah dan uring-uringan dirumah. Tak sedikit barang-barang rumah yang ia
pecahkan karena amarahnya yang kian hari semakin memuncak. Ia tak tau lagi apa
yang harus ia lakukan pada ibunya ini. Bahkan keputusasaan sempat menggoyahkan
akal sehatnya untuk membuang ibunya ke panti jompo. Namun, ia mengurungkan
niatnya itu karena takut teman-temannya tau akan perbuatannya itu.
Pada suatu hari, saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari
Ibunya, Daffa melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan
potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan Daffa.Foto
berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang
memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan
anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan,
menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung
rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam
dekapannya tidak terluka sedikitpun.Walau sudah usang, Daffa cukup dewasa untuk
mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang
dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung Daffa. Wanita yang
sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata Daffa menetes keluar
tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, Daffa
langsung memeluk ibunya dan tak mampu lagi menahan tangisnya yang semakin
menjadi-jadi. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas
dosa-dosanya selama ini.
Sang ibu hanya tersenyum dan berkata, “ibu sangat menyayangimu
Daffa. Tak pernah ada rasa marah dalam hati ibu, ibu selalu memaafkanmu.”
Daffa mempererat pelukan pada ibunya dan berkata, “ibu, Daffa
sangat menyayangi ibu. Daffa berjanji untuk membahagiakan ibu dan tak akan
pernah menyia-nyiakan kasih sayang tulus yang ibu berikan pada Daffa.
Terimakasih ibu, terimakasih untuk cinta yang begitu tulus untukku. Terimakasih
telah menjadi pahlawan terbaik dalam hidupku. Inside of my heart, i love you so
much Mom ....” Daffa mengakhiri ucapannya dengan kecupan lembut di dahi ibunya
yang amat ia sayangi.
Kasih sayang ibu sepanjang jalan, tak terputus walau rintangan
membentang. Betapa besar pengorbanannya, tidak akan bisa terbayar dengan harta
sebanyak apapun. Ibu tidak pernah berharap apapun, karena baginya, anaknya
adalah segalanya.
Tidak ada komentar