Header Ads

Pahlawan terbaik Daffa



created by : Mila Muflihat

Muhammad Yusuf Daffa. Terkenal dengan panggilan akrab Daffa. Ia adalah seorang laki-laki yang terkenal dengan  kecerdasannya, rajin dan cukup cool.
Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan ternama, bahkan  sudah di promosikan ke posisi manager. Gajinya pun sudah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya yang sederhana. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman-teman kantor senang bergaul dengannya.
Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Dirumahnya, ia tinggal bersama  seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali.Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang.Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar.Wanita tua ini betul-betul seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung Daffa.
Meskipun demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci dan lain-lain. Dan tentunya ia selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu-satunya yang amat ia sayangi yaitu Daffa. Namun Daffa adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.
Setiap kali ada teman yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, Daffa selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal.
"Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab Daffa. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah.
Suatu hari sang ibu jatuh sakit yang cukup parah. Bahkan sang ibu tidak kuat untuk sekedar bangun dari ranjang. Apalagi untuk mengurus keperluan rumahnya seperti yang biasa ia lakukan setiap hari. Hal ini membuat Daffa mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Semua seakan menjadi beban yang lebih berat dari tugas kantor yang ia dapatkan. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja. Hal ini membuat  Daffa jadi sering marah-marah dan uring-uringan dirumah. Tak sedikit barang-barang rumah yang ia pecahkan karena amarahnya yang kian hari semakin memuncak. Ia tak tau lagi apa yang harus ia lakukan pada ibunya ini. Bahkan keputusasaan sempat menggoyahkan akal sehatnya untuk membuang ibunya ke panti jompo. Namun, ia mengurungkan niatnya itu karena takut teman-temannya tau akan perbuatannya itu.
Pada suatu hari, saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, Daffa melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan Daffa.Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.Walau sudah usang, Daffa cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung Daffa. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata Daffa menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, Daffa langsung memeluk ibunya dan tak mampu lagi menahan tangisnya yang semakin menjadi-jadi. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini.
Sang ibu hanya tersenyum dan berkata, “ibu sangat menyayangimu Daffa. Tak pernah ada rasa marah dalam hati ibu, ibu selalu memaafkanmu.”
Daffa mempererat pelukan pada ibunya dan berkata, “ibu, Daffa sangat menyayangi ibu. Daffa berjanji untuk membahagiakan ibu dan tak akan pernah menyia-nyiakan kasih sayang tulus yang ibu berikan pada Daffa. Terimakasih ibu, terimakasih untuk cinta yang begitu tulus untukku. Terimakasih telah menjadi pahlawan terbaik dalam hidupku. Inside of my heart, i love you so much Mom ....” Daffa mengakhiri ucapannya dengan kecupan lembut di dahi ibunya yang amat ia sayangi.
Kasih sayang ibu sepanjang jalan, tak terputus walau rintangan membentang. Betapa besar pengorbanannya, tidak akan bisa terbayar dengan harta sebanyak apapun. Ibu tidak pernah berharap apapun, karena baginya, anaknya adalah segalanya.

Tidak ada komentar