Header Ads

Menjadi Pribadi Tegar di Tengah Ujian
“Musibah Penyakit sebagai Penghapus Dosa”

By: Marlina 


            Bagi seorang Muslim, ujian berupa musibah tidak berbeda dengan ujian yang berupa kenikmatan. Kedua hal tersebut merupakan kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada hambanya. Sungguh, Dia Allah yang Maha atas segalanya tidak akan pula menguji para hambanya melebihi batas kemampuan dan kadar keimanan mereka untuk menghadapinya.

            Musibah yang diberikan tersebut merupakan salah satu cara Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengangkat derajat hamba-Nya, selama hamba itu mampu menjalaninya dengan cara-cara yang benar.

            Perlu kita ketahui, bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan. Semua telah digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan setiap takdir-Nya pasti mengandung hikmah didalamnya. Hanya saja, perbedaan kadar keimanan seorang hamba yang kemudian menciptakan beragam sudut pandang dalam melihatnya.

            Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman,
“….Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami”. (QS. Al-Anbiya: 35)

            Ibnu Zaid radhiallahuanhu menjelaskan maksud ayat ini, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji hamba-Nya dengan sesuatu yang mereka sukai atau mereka benci untuk melihat apakah mereka akan bersyukur atas kesenangan yang didapatkan, dan apakah mereka sanggup bersabar atas kesusahan yang dihadapi. (Abdullah bin ‘Ali AL-Ju’aitsin, 2012, hlm. 4)

            Adakalanya ketika ditimpa cobaan atau ujian yang berat dalam hidup, tanpa sadar sesorang itu lebih banyak mengeluhnya. Misalnya saja ketika ditimpa musibah penyakit. Padahal tanpa ia sadari ada hikmah dan manfaat di balik penyakit yang Allah Subhanahu wa Ta’ala  berikan.

            Disegerakannya hukuman di dunia akan lebih baik bagi seorang Mukmin agar dosa-dosanya diampuni, dan agar dia dapat bertemu Allah Subhanahu wa Ta’ala  kelak dalam keadaan suci, bersih dari dosa-dosa.
            Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri radhiallahuanhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَا كُهَا إِلاَّ كَفَّراللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَا يَاهُ.
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa kepayahan, atau sakit, atau keresaha, atau hal menyakitkan (dari orang lain), atau kegelisahan, bahkan duri yang menusuknya sekalipun, melainkan dengan itu Allah Subhanahu wa Ta’ala  akan menghapuskan sebagian dosanya.”

            Maka dari itu handaklah seseorang bersabar ketika ditimpa musibah ujian, selalu berhusnuzhan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  dan selalu yakin bahwa semua itu pasti ada hikmahnya. Karena Allah akan memberikan ganjaran tanpa batas bagi orang-orang yang bersabar.
“…Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”. (QS. Az- Zumar: 10).

            Maksud dari ‘tanpa batas’ disini adalah dengan tidak ditimbang maupun ditakar terlebih dahulu, tetapi bagian pahala langsung di ambil dengan raupan telapak tangan (untuk menunjukkan betapa banya pahala yang dia dapatkan). Mudah-mudahan kita semua termasuk orang-orang yang selalu sabar dalam menghadapi ujian dalam hidup ini. amin

            

Tidak ada komentar