Header Ads

Perlunya Ketelitian dalam Berdakwah

Tak bisa di pungkiri bahwa sebagian da’i sedang mengalami degradasi pengetahuan. Degradasi pengetahuan yang benar dan shahih sesuai dengan manhaj para sahabat dan para salafus shalih. Nilai-nilai keislaman telah diselewengkan dengan membuat tafsir yang ‘sembrono’. Terkesan baik, namun tidaklah benar. Disalah satu sisi, pengetahuan spiritual tidak di abaikan. Akan tetapi di sisi lain, pengetahuan ini disalahgunakan untuk kepentingan segelintir orang, yang tentu memiliki agenda tersendiri.
Ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan pedoman umat islam dalam menjalani kehidupan menuju ke alam akhirat. Firman-firman Allah telah terangkum di dalam Al-Qur’an dan diuraikan dengan tafsir nya. Begitu pula dengan hadits-hadits Nabi disertai dengan penjelasan para Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’ut tabi’in. Sepatutnya kita sebagai umat Islam memperhatikan hal ini. Terutama sebagai para da’i ilallah. Karena dalam menyampaikan ceramah, maka materi yang akan disampaikan harus sesuai dengan makna yang sebenarnya yang telah di jelaskan di dalam tafsir shahih dan hadits-hadits shahih.
Telah marak penceramah menyebarkan faham yang menyimpang dari makna sebenarnya. Seringkali terjadi penafsiran ayat Al-Qur’an berdasarkan pada akal dan hawa nafsu. Sehingga menyebarkan pemahaman sesat dan menyesatkan. Apalagi para audiens berpengetahuan awam dalam masalah agama Islam. Sehingga kita dituntut hati-hati dalam berceramah di depan umum.
Sebagai contoh, seorang penceramah menyebutkan dalil dengan menggunakan hawa nafsunya. Sehingga tampak seperti dalil namun itu semata-mata hanya dalil bikinan sendiri. Sangat naif. Akan tetapi inilah fakta di lapangan. Sehingga orang awampun menelan dalil ini tanpa menverifikasi dan mengkonfirmasi kebenarannya.

So, klarifikasikanlah dalil yang di lontarkan oleh penceramah. Jangan hanya menelan bulat-bulat apa yang di katakan. (Fauziyah)


Tidak ada komentar