Header Ads

Apakah Zuhud Harus Miskin?

 


"Hidup miskin, hidup zuhud." Apakah tagline ini benar? Haruskah seseorang menjadi miskin terlebih dahulu untuk menjadi zuhud?

Ada yang beranggapan bahwa zuhud harus diidentikkan dengan kemiskinan. Jika demikian, apakah itu berarti kita menganggap Nabi Sulaiman dan Nabi Daud 'alaihimassalam, yang memiliki kerajaan luas dan megah, bukan orang-orang yang zuhud? Jika para Nabi tidak memiliki sifat zuhud, berarti akhirat bukanlah tujuan utama hidup mereka. Padahal, seluruh Nabi senantiasa merindukan Surga Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Lalu, bagaimana dengan sahabat Abdurrahman bin Auf, yang dikenal memiliki kekayaan melimpah, bahkan jika hartanya dikumpulkan dapat mencapai ribuan triliun? Atau Abu Bakar, yang dikenal sebagai pebisnis tersohor sejak zaman jahiliyah, serta Utsman bin Affan, yang banyak menyedekahkan hartanya demi kemajuan Islam? Apakah mereka bukan termasuk orang-orang yang zuhud? Jika para sahabat ini tidak memiliki sifat zuhud, maka akhirat tidak akan menjadi prioritas utama dalam hidup mereka.

Para ulama tidak pernah menyatakan bahwa zuhud berarti harus hidup dalam kemiskinan dan meninggalkan semua harta benda. Zuhud adalah amalan hati, bukan sekadar penilaian dari keadaan fisik atau materi.

Dalam kitab Madarij As-Salikin (2:11), Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya mengenai seseorang yang memiliki 1000 dinar. Apakah ia masih bisa disebut sebagai orang yang zuhud? Beliau menjawab, "Iya, bisa saja, selama dia tidak terlalu bergembira ketika hartanya bertambah dan tidak terlalu bersedih ketika hartanya berkurang."

Mengenai makna zuhud dan keutamaannya, terdapat dalam hadits Al-Arbain An-Nawawiyah no. 31 dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu 'anhu. Disebutkan bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu meminta beliau menunjukkan amalan yang bisa membuatnya dicintai oleh Allah dan manusia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab:

اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ

"Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia, maka manusia pun akan mencintaimu." (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya dengan sanad hasan) [HR. Ibnu Majah, no. 4102. Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 944, menyatakan hadis ini hasan].

Oleh: Aidatus Sholichah, Mahasiswi STID Mohammad Natsir Semester VII KPI

Tidak ada komentar