Header Ads

Cepatnya Waktu Berlalu

 Cepat Nya Waktu Berlalu

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita merasakan waktu yang begitu cepat berlalu. Baru kemarin rasanya 2018, 2019 lalu 2020 dan sekarang sudah memasuki penghujung akhir tahun. Demikian pula pergantian bulan, peralihan dari Januari ke Februari sangat tak terasa. Apalagi pergantian hari ke hari, satu hari terasa seperti satu jam. Fenomena seperti ini termasuk di antara tanda-tanda kiamat. Banyak hadits yang menginformasikan fakta ini, diantaranya hadis tersebut adalah riwayat Abu Hurairah yang mendengar Nabi SAW berkata:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian.” (HR: al-Bukhari)


Ibnu Hajar menjelaskan yang dimaksud dari hadis diatas ialah hilangnya keberkahan hidup, sehingga hari berlalu begitu saja tanpa adanya manfaat. Harta yang diperoleh tidak ada gunanya, habis begitu saja. 

Subhanallah, diantara tanda terasa cepatnya waktu adalah dicabutnya keberkahan. Maka sungguh merugi, jika kita tidak mensegerakan dan memperbanyak amal dalam kondisi ini.

Ternyata begitu cepat waktu berlalu meninggalkan kita tanpa terasa, sedangkan apa yang kita sudah perbuat dan sudah kita kumpulkan sebagai pundi pundi amal kita, tidak ada bahkan hilang bagai debu yang beterbangan. Itulah sebagian tanda dari waktu yang begitu cepat berlalu dan kita begitu terbuai melaluinya tanpa bekal akhirat yang tersisa

Oleh karena itu, benarlah perkataan Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala agar kita tidak merugi tentang waktu yang amat cepat berlalu, beliau rahimahullahu ta’ala berkata : “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung)."

Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah Ta’ala, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak. Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Kitab Al Jawabul Kafi, 109)

Dalam al-Qur`an Allah Ta'ala sudah menjelaskan bahwa keberkahan hidup sangat bekaitan dengan iman dan amal seseorang. Masyarakat yang menjalani kehidupannya dengan penuh keimanan dan amal saleh, niscaya Allah Ta'ala akan menurunkan kepada mereka keberkahan, baik yang muncul dari langit ataupun bumi. Sebaliknya, masyarakat yang senang berbuat maksiat, Allah akan menutup pintu berkah itu untuk mereka. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah Surah al-A’raf ayat 96:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Astaghfirullah hal adzim, beristighfarlah demi waktu, karena diantaranya terdapat kondisi kondisi tanpa amal, bahkan maksiat yang merengkuhnya hingga terbuai dengannya.

Sungguh merugilah mereka dikala waktu yang ada hanya dipakai untuk bersantai ria dan berhura-hura tanpa sedetikpun lisan berbasah dengan dzikirullah, na’udzhubillah.

Banyak yang terlena dengan waktu hingga Allah Ta’ala takdirkan su’ul khotimah. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala agar terhindar dari semua itu.

Wallahu a’lam….

(Nella/Marwah)




Tidak ada komentar