Urgensi Muslimah dalam Kancah Perekonomian
2017
|
adalah tahun gejolak perekonomian kian meningkat. Naiknya harga bahan pokok, bensin,
pajak, hingga parkir pun harus ada pembayaran, “Yaa, meskipun hanya 2500 rupiah”
keluhan salah satu mahasiswi. Namun, apalah daya Indonesia ini, dengan penuh kekayaan
alam, sampai orang desa jaman dulu pun mengatakan “Tongkat ditanam saja bisa tumbuh!”.
Saking suburnya Indonesia hingga benda mati bisa tumbuh menjadi makhluk hidup. Akan
tetapi, pemerintahan saat ini tak ubahnya seperti wayang, entah siapa dalang di
balik layar.
Padahal teknologi canggih sudah ada di dalam genggaman
rakyat Indonesia.
Mulai dari alat transportasi darat, laut dan udara, alat komunikasi (hp dan laptop / komputer) dan sebagainya. Dengan adanya kemudahan itu, sepatutnya mengeluarkan dampak positif yang besar bagi manusia. Akan tetapi, malah sebaliknya. Carut-marut keadaan tak melukiskan sebuah kemajuan dan kedamain negara demokrasi ini.
Sekitar pukul
16:45, tepatnya di Jakarta Timur.
Terlihat di setiap pinggiran jalan para wanita dan lelaki sedang mengungkapkan rasa gembiranya dengan
memproduksi asap di mulutnya. Wajah riang gembira dengan campur baur tak ada batas,
senda gurau sana-sini, entah apa yang menyebabkan sekumpulan itu tertawa terbahak-bahak
seakan tak ada dosa mengiang di pikiran mereka. Sedangkan di sayap kiri dengan jarak
3 meter dari mereka ada anak kecil yang berpakaian lusuh
sambil membawa barang dagangan. “Kemanakah orang tua mereka berada? Sudahkah berganti posisi seorang wali
dalam memenuhi tanggungjawabnya sebagai orang tua?” tegas mahasiswi dakwah.
Seorang anak terlahir dari rahim seorang ibu,
keluargalah yang menyebabkan anak itu masuk ke keselamatan (Islam) atau kejahiliyaan (kafir). Tak ubahnya,
sosok anjing pasti melahirkan anak anjing dan singa pasti melahirkan anak singa.
Sama-sama melahirkan anak akan tetapi beda dalam penglihatan manusia. Keturunan
anjing yang selamanya akan hina, bodoh dan najis sedangkan keturunan singa yang
cerdik, tanggap dan terhormat di kalangan hewan, karena itulah dijuluki dengan
Raja Hutan.
Dihubungkan dengan manusia, ibu yang hina dan
ibu yang sholehah. Pasti berbeda dalam melahirkan sosok anak. Pemandangan
seperti di atas, hanya ada pada sosok pribadi
yang terlihat bodoh, acuh tak acuh, meremehkan dan yang terpenting tak kenal
agama. Pernahkah kita temukan seorang wanita bersama anak atau
suaminya dalam kemiskinan sedang berjalan di
jalan sambil menjajakan julalan ataupun meminta-minta
tapi mengenakan pakaian syar’i? JelasTidak! Kebanyakan yang berbusana syar’i itu termasuk orang
kaya, meskipun ada pula yang
syar’i tapi miskin. Miskin disini
bukan karena tak punya uang, tapi sederhana
dalam penampilan, merasa cukup dan wajah yang selau bersinar
seakan tak ada masalah dalam keluarga.
Dilihat dari fenomena tersebut, bahwa wanita muslimah berperan penting dalam memajukan ekonomi umat
Islam. Karena keluarga yang ideal itu terlahir dari rahim seorang wanita yang
baik akhlaq dan agamanya serta berilmu dan beramal sesuai al-Quran dan as-Sunnah.
Dalam hal ini, wanita harus memiliki kriteria yang sesuai syariat Islam. Karena
sebuah negara akan hancur ketika wanita itu hancur, “Sebaik-baik
perhiasan dunia adalah wanita sholehah”. Berarti wanita
buruk tidaklah disebut perhiasan dunia, istilah lainnya adalah pemandangan yang
tak mengenakkan.
Pantas saja Indonesia seperti ini kondisinya.
Perhiasan yang dapat memperindah dan mempercantik sebuah negara sudah jarang ditemukan,
banyak tumpukan kotoran yang tergeletak tak terurus. Padahal kotoran dalam bidang
biologi sangatlah bermanfaat dalam pembuatan kompos, sehingga tak heran jika banyak
virus penyakit berupa konflik yang menyebar. Terutama tenanga kerja wanita yang
merebak luas ke negara-negara luar kemudian membuat masalah lain yang merugikan
dan merusak citra nama negara. Anehnya,
pemerintah masih saja mengirim para tenaga kerja wanita ke luar negeri. Demi
mendapatkan visa dalam jumlah besar. Rusak sudah jalur ekonomi yang terjadi di
Indonesia. “Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”.
Betapa mudah para wanita ditipu dan dijebak
oleh orang yang tak bertanggungjawab dengan iming-iming gaji besar. Keluarga ditinggalkan,
anak dititipkan ke orang tua, suami tak terpenuhi hak oleh istri dan suami yang
angkat tangan dalam menafkahi seorang istri.
Jika kondisi ini berkelanjutan, maka benar bila
Indonesia membutuhkan wanita muslimah yang tangguh dalam segala hal. Negara
dengan penduduk mayoritas Islam yang dekat dengan masjid serta mempelajari al-Quran
dan as-Sunnah dengan tekun. Seperti halnya terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang tercatat dalam sejarah disukseskan oleh para ulama Islam. Tak usak
payah membicarakan yang tinggi-tinggi, sedangkan rakyat kecil saja masih terbelenggu
oleh kejahiliyaan dalam ilmu agama. (Istiqomah)
Tidak ada komentar