Header Ads

Sabar atas kenikmatan


Ketahuilah bahwa kehidupan seseorang hamba di dunia ini tidak terlepas dari dua hal. Pertama keadaan yang sejalan dengan hawa nafsunya dan kedua keadaan yang tidak sejalan dengan hawa nafsunya bahkan hal yang dibencinya. Kita bahas tentang hal yang pertama yaitu keadaan yang sejalan dengan hawa nafsunya yaitu keadaan berupa kesehatan, keselamatan, harta kekayaan melimpah, kedudukan, kemudahan fasilitas dan kelezatan dunia yang lainnya. Semua itu harus dihadapi dengan hati yang sabar. 

Mengapa demikian? Mungkin selama ini kebanyakan orang berpikir sabar itu hanya ketika kita mendapat ujian berupa kesulitan. Namun yang semestinya adalah kita juga menahan kesabaran atas hawa nafsu kita ketika kita menerima kenikmatan. Karena jika tidak kita akan melampaui batas dan tenggelam dalam hiruk dunia ini. Seperti yang dikatakan oleh seorang ulama "Bersabar terhadap kesenangan itu lebih sulit ketimbang bersabar terhadap musibah". Para sahabat juga ketika dibukakan pintu kenikmatan dunia mereka berkata. "Kami telah diuji dengan kesulitan lalu kami bersabar dan sekarang kami diuji dengan kesenangan maka kami kurang bisa bersabar".
Oleh karena itu Allah mengingatkan manusia dari fitnah harta, anak, istri, suami dan sebagainya pada firmannya :
  يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9) 

    Orang yang bisa menahan diri dari hawa nafsunya adalah orang yang tangguh. Mereka tidak cenderung pada kenikmatan dunia menyadari hal yang dimiliki oleh dirinya adalah titipan dari Allah Subhanahu wa ta'ala yang tidak lama lagi akan diminta. Sehingga ketika Allah mencabut apa yang dimiliknya hatinya tidak merasakan sakit yang mendalam alias ikhlas.  Kesabaran berkaitan dengan rasa syukur sehingga dalam diri kita tidak akan sempurna kecuali dengan melaksanakan kewajiban bersyukur. 

Bersabar terhadap kesenangan lebih berat karena disertai dengan adanya kemampuan. Karena ketidakmampuan dalam diri adalah sebuah penjagaan. Misalnya adalah orang yang lapar. Pada saat orang tersebut lapar tidak mempunyai makanan ia lebih bisa menahan ketimbang orang yang lapar akan tetapi di depan matanya sudah dihidangkan makanan dan ia mampu untuk memakannya. Oleh karena itu pada dasarnya ujian kesenangan adalah hal yang lebih berat. Maka bersabarlah karena semua itu ada balasan dari Allah yang sudah dijanjikan dalam firman-Nya :
 وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ () الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ()
"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan, (yaitu) orang-orang yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya" (QS : Al-Ankabut 58-59)   

 Selamat menikmati kesabaranmu!
 By : Nuha Bilqisti

Tidak ada komentar