Berda’wah dengan Ilmu
Apabila
dakwah kepada Allah merupakan kedudukan hamba yang paling mulia, paling
terhormat, dan paling utama, maka ia tidak dapat dihasilkan kecuali dengan ilmu
yang digunakan untuk berdakwah. Bahkan
kesempurnaan dakwah hanya dapat dicapai melalui ilmu yang cukup.(
Al-Hafiz Ibn Qayyim Al-Jauziyyah)
Berangkat dari perkataan Al-Hafiz Ibn Qayyim
Al-Jauziyyah di atas, kita bisa katakan bahwa dak’wah dan ilmu tak bisa
berjalan sendiri-sendiri. Keberadaan da’wah harus disertai ilmu.
Namun
pada kenyataanya di masyarakat justru terbalik. Orang yang berilmu malah tidak
semangat dalam berda’wah. Dan sebaliknya, orang yang jahil malah lebih
bersemangat dalam berda’wah. Maka ini merupakan suatu masalah besar.
Bagaimana
seorang yang bodoh akan berda’wah, padahal dia tidak memiliki ilmu? Ilmu bukan
sebuah cerita yang bisa dikarang seenaknya. Yang terjadi adalah dakwah
berdasarkan hawa nafsu dan penuh dengan bid’ah, na’udzubillah. Maka
da’wah tanpa ilmu merupakan suatu masalah besar.
Di
sisi lain, banyak orang berilmu tapi tidak ada kecintaan dalam berda’wah. Dia
lebih memilih diam ketimbang da’wah, padahal ilmu penuh dalam dadanya. Dia ahli
dalam ilmu agama, namun tidak mau berbagi dengan masyarakat. Dengan ilmunya,
tidak berbuah apa pun. Masyarakat tidak merasakan manfaat dari ilmu yang dia
miliki. Dan benar-benar suatu musibah, na’udzubillah.
Da’wah adalah aktivitas
yang mulia jika dibekali dengan ilmu. Da’wah sangat memerlukan kepada keluasan
ilmu. Sebagaimana yang diucapkan Imam Al-Bukhari[1]:
باب العلم قبل القول والعمل. والدليل
قوله تعالى: {فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنْبِكَ}.
فبدأ بالعلم قبل القول
والعمل.
Bab ilmu sebelum ucapan dan perbuatan. Dan dalilnya
firman Allah ta’ala: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah
dan mohonlah ampunan atas dosamu.”(Muhammad: 19). Disinilah
Allah memerintahkan berilmu terlebih dahulu sebelum beramal.[2]
Maka da’wah lazim dibekali dengan ilmu. Bekali dulu dengan ilmu kemudian
berda’wah.
Da’wah adalah urusan yang sangat serius dan menyangkut orang banyak,
sehingga wajib bagi seorang da'i berbekal ilmu yang benar. Bila da’wah tegak di
atas kebodohan, tanpa ilmu, maka berapa jama’ah yang disesatkan?
[1] Abu Abdullah,
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari. Lahir di Bukhara
pada bulan Syawal tahin 194 H. Beliau tumbuh sebagai anak yatim, di bawah
asuhan ibunya.beliau wafat di Khortank, pada malam ‘Idul Fitri 256 H.
[2] Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, Tsalasatul Ushul, Riyadh: Jami’atul
Imam Muhammad Ibnu Su’ud., hal. 185
Tidak ada komentar